About Me

Foto saya
Terserah kata orang menilai saya...!!!!!!

Minggu, 28 Februari 2010

Keberingasan Rooney Menakjubkan

MILAN, KOMPAS.com — Mengagumkan dan menakjubkan. Itulah ungkapan yang patut dilayangkan Pelatih Manchester United Sir Alex Ferguson untuk striker Wayne Rooney karena semakin beringas di depan gawang lawan.

Dua gol Rooney ke gawang AC Milan, semalam, membuktikan bahwa pemain gempal itu kian haus akan gol. Sejak Januari tahun ini, pemain Inggris itu sudah menambah sepuluh gol untuk timnya. Jumlah ini hampir separuh jumlah yang dikoleksinya selama tujuh bulan ini.

"Dia sedang dalam kondisi ingin menghancurkan lawan dan mereka (Milan) tidak dapat mengadangnya pada babak kedua," kata Ferguson. "Dia menakjubkan," lanjutnya.

"Terutama dalam dua bulan terakhir, kami melihat peningkatan dan rasa percaya dirinya banyak berperan dalam hal itu," tambah Ferguson.

Ferguson tak ingin Rooney berpuas diri. Pemain berusia 24 tahun itu masih bisa menajamkan kemampuannya di gawang dan menajamkan naluri yang musim lalu dan musim-musim sebelumnya terkubur oleh gemerlap permainan Cristiano Ronaldo. Ferguson memberi target 30 gol musim ini, sementara Rooney sudah membukukan 25 gol di antaranya di semua kompetisi.

"Kemampuan dasarnya setara dengan pemain-pemain lain. Apa yang perlu ia lakukan adalah menambah naluri mencetak gol, yang kini sedang ia lakukan. Jika ia terus melanjutkan tren itu, maka dia akan menonjol di antara pemain lain," lanjut sang gaffer.

Tahun ini menjadi tahun kegemilangan Rooney. Golnya ke gawang Arsenal pada akhir bulan lalu menjadi gol ke-100 di Liga Inggris bagi mantan pemain Everton itu

Benamkan Chelsea, Tevez Balaskan Dendam Bridge

Sabtu, 27/2/2010 | 21:32 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Penyerang Manchester City, Carlos Tevez, menjadi inspirator permainan dan mencetak dua gol yang menentukan kemenangan timnya 4-2 atas Chelsea, pada duel Premier League, Sabtu (27/2/2010). Kemenangan ini melambungkan City ke posisi keempat klasemen sementara dengan 49 poin sekaligus membalaskan dendam Wayne Bridge kepada bek Chelsea, John Terry.

Bridge marah kepada Terry karena telah berselingkuh dengan mantan pacarnya, Vanessa Perroncel. Dalam sesi jabat tangan sebelum laga sebelum kick-off, Bridge menolak berjabat tangan kapten Chelsea, John Terry. Meski Bridge sudah mengatakan tak siap bertemu Terry tanpa bersikap tak ramah, namun, tak semua orang mengira ia betul-betul merealisasikan ucapannya.

Pertandingan pun kemudian diwarnai aroma permusuhan keduanya. Simpati kepada Bridge, membuat pemain City berusaha tampil sebaik mungkin meredam gempuran Chelsea. Pemain Chelsea juga berusaha menjaga wibawa Terry dengan berusaha tampil sebaik mungkin. Pendukung tuan rumah tak ketinggalan ikut menyoraki Bridge.

Hasilnya, permainan pun berjalan ketat. Selain sarat aksi perebutan bola, kedua kubu juga begitu agresif dalam menyerang. Sikap kurang tenang juga terlihat dari penyelesaian buru-buru yang dilakukan kedua kubu, sehingga banyak peluang terbuang percuma.

Di tengah kebuntuan itu, Lampard akhirnya berhasil membobol gawang Shay Given di menit ke-42. Memanfaatkan umpan terobosan Joe Cole, Lampard mengirim bola dari tengah kotak penalti ke sudut kiri bawah gawang City.

Sayang, selanjutnya, Chelsea sempat lengah sehingga Tevez berhasil menyamakan kedudukan, beberapa saat sebelum turun minum. Dalam sebuah serangan balik, Tevez menggiring bola sendirian dari tengah lapangan sampai masuk kotak penalti. Dalam kawalan John Terry, ia melepaskan tendangan yang bersarang di sudut kiri bawah gawang Chelsea.

Chelsa tak sempat berbuat banyak menanggapi gol itu, karena wasit Mike Dean keburu meniup peluit turun minum.

Memasuki babak kedua, Chelsea gagal mengantisipasi gempuran mendadak City. Akibatnya setelah sempat bertahan seadanya, mereka tak bisa menghindari gol kedua City, yang dicetak Bellamy di menit ke-51. Setelah menguasai umpan Garreth Barry, Bellamy menggiring bola sendirian melewati adangan Obi Mikel sebelum akhirnya mengirim bola ke sudut tiang jauh.

Keunggulan melambungkan moral City. Mereka pun terus mempertahankan tempo dan tensi permainan. Untuk menyegarkan daya serang, pelatih Roberto Mancini memasukkan Shaun Wright-Phillips menggantikan Adam Johnson di menit ke-60.

Perubahan itu memang tidak lantas memudahkan City. Namun, tekanan yang mereka lakukan betul-betul merepotkan barisan belakang Chelsea, hingga akhirnya terjadilah pelanggaran fatal Juliano Belletti kepada Garreth Barry di kotak penalti di menit ke-75. Tanpa ampun, wasit mengacungkan kartu merah kepada Belletti sekaligus menunjuk titik penalti untuk City.

Carlos Tevez yang dipercaya melakukan eksekusi berhasil menunaikan tugas. Sepakannya ke sudut kiri bawah gawang gagal diantisipasi Henrique Hilario dan City pun unggul 3-1.

Menyadari posisi di atas angin, City semakin tak berkenan memberi peluang kepada lawan. Memanfaatkan semua sisi lapangan, mereka melancarkan serangan demi serangan. Seperti sebelumnya, meski tak lantas mendapat gol, City berhasil menuai keuntungan lain, yaitu kartu kuning kedua yang diterima Michael Ballack akibat mengganjal Tevez di menit ke-81.

Keadaan yang semakin sulit tak memberikan plihan lain kepada Chelsea selain menyerang. Namun, ini malah membuat lini belakang melompong dan terjadilah gol keempat City dari kaki Bellamy di menit ke-87.

Gol bermula dari pergerakan Wright-Phillips di menit ke-87. Wright-Phillips kemudian membawa bola menyisir sektor kiri pertahanan Chelsea dan melepas umpan silang kepada Bellamy, yang berada di depan tiang kanan gawang Chelsea. Umpan Wright-Phillips melewati Terry dan Ivanovic, sebelum akhirnya disontek Bellamy masuk ke gawang Hilario.

Di tengah rasa frustrasi, Chelsea mencoba melanjutkan pertandingan dengan kepala tegak. Di masa injury time, mereka pun mendapat hadiah hiburan berupa penalti, menyusul pelanggaran Barry kepada Nicolas Anelka. Lampard yang dipercaya melakukan eksekusi berhasil menunaikan tugas menyarangkan bola ke gawang Given.

Gol itu sempat membangkitkan gairah Chelsea. Sayang, waktu tak cukup banyak bagi Chelsea untuk menghindari kekalahan 2-4. (*)

Selasa, 23 Februari 2010

Ucapan Selamat dari Cirebon

Saya masih ingat dan akan selalu mengingat, saat itu saya masih menjadi pendukung BR (Bandung Raya, Red) dan pada waktu itu saya sedang menyaksikan Semifinal Liga Indonesia tahun 1996 antara kesebelasan Bandung Raya melawan Mitra Surabaya di Stadion Gelora Bung Karno Senayan Jakarta.

Waktu itu secara kebetulan saya duduk berdampingan dengan seorang bapak warga Jakarta yang hadir untuk menyaksikan laga semifinal ini dan beliau mengaku sebagi pendukung dari kesebelasan Persija Jakarta, singkat cerita dalam obrolan singkat saya dengan Bapak tadi, beliau mengungkapkan keprihatinannya kenapa di kota sebesar Jakarta dengan jumlah penduduknya yang mencapai jutaan orang tetapi dukungan terhadap kesebelasan Persija dinilainya sangatlah minim, beliau mengungkapkan bahwa Stadion Menteng di Jakarta Pusat sebagai kandang Persija Jakarta yang berkapasitas tidak lebih dari 8000 orang bahkan sering terlihat kosong saat Persija berlaga disana, malahan beliau selalu melihat orang-orang daerah/kaum pendatanglah yang sering kali berpesta dan berbuat ulah seenaknya di kota Jakarta, beliau selalu memimpikan agar suatu hari nanti, Persija juga mempunyai basis pendukung yang fanatik, militan dan loyal seperti halnya pendukung dari kota-kota lainnya di Indonesia, sayang obrolan kami harus terhenti dan dipisahkan oleh tragedi gas air mata yang memilukan saat itu kerena terjadi kerusuhan di partai semifinal tersebut.

Namun ternyata harapan dari sang Bapak tersebut tidak sampai menunggu begitu lama, karena impian bapak tersebut benar-benar terwujud setelah setahun kemudian tepatnya tanggal 19 Desember 1997 atas kerja keras beberapa orang yang mencintai Persija, berdirilah THE JAKMANIA yang tujuan awalnya adalah sebagai wadah untuk mempersatukan para pecinta Persija Jakarta yang sekarang sudah tumbuh menjadi salah satu kelompok supporter besar dan segani di negeri ini karena terkenal dengan kefanatikannya, kreatif, loyal, militan dan cerdas namun tetap sportif dalam mendukung team Persija .

Harapan saya semoga THE JAKMANIA semakin kompak dan bersatu dengan menghindari konflik-konflik yang tidak perlu diantara sesama Pecinta Persija yang hanya membuat THE JAKMANIA menjadi tercerai berai.

Akhir kata Selamat Ulang Tahun yang ke -12 buat THE JAKMANIA dari kami orang Cirebon yang mencintai Persija..

Fenomena Jakmania

bagi warga Jakarta, Jakmania adalah sebuah “kebanggaan” sekaligus sesuatu yang “menyebalkan”. Iya, Jakmania adalah supporter kesebelasan PERSIJA milik Kota Jakarta. Kebanggan karena begitu banyak dan kompak para supporter PERSIJA ini, dengan seragam dan atribut mereka yang berwarna oranye.

Mereka sangat kompak saat sebuah pertandingan sepakbola kesebelasan PERSIJA berlangsung. Mereka tanpa dikomando akan datang ke lapangan sepakbola memberi dukungan. Mereka masih muda. Mereka energik. Mereka semua oranye.

Menyebalkan karena mereka membuat macet Jakarta. Tidak valid juga apabila mereka disalahkan, karena tanpa adanya Jakmania pun, Jakarta tetap selalu macet! Tapi macet total-closed-loop-locked selama 3 jam malam Minggu kemarin saat pertandingan sepakbola PERSIJA di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, adalah sebuah fenomenal.

Fenomena sosial yang menarik diamati. Fenomena Jakarta. Fenomena Jakmania.

Karena gue tinggal di Jakarta Selatan, beberapa kali gue on location saat pertandingan PERSIJA berlangsung. Gue berbaur dengan Jakmania. Mungkin cuma gue yang tidak ber-oranye-narsis-mode-on-ria… hihihi…. Gue ada di sana memang ingin mengamati perilaku Jakmania ini.

Yang gue dapati adalah aura kekompakkan. Juga energi yang menyebar ke sesama Jakmania, yang gue yakin mereka tidak kenal satu sama lain. Aura murni tanpa kepentingan masing-masing pribadi. Semua untuk mendukung kesebelasan PERSIJA.

Aura mereka inilah yang ber-interference dengan aura gue. Membuat beberapa kali gue merinding: gue baru sadar ternyata banyak sekali potensi energi anak muda Jakarta ini! Potensi yang sayang sekali akan habis sia-sia selesainya pertandingan. Potensi yang seharusnya digali, diarahkan, dan disalurkan. Potensi untuk Jakarta yang lebih baik — tidak menutup kemungkinan untuk Indonesia yang lebih baik.

Maraknya demo-demo di Jakarta, tidaklah bisa disamakan dengan maraknya Jakmania. Energy generator untuk demo Jakarta adalah kepentingan. Adalah fulus. Adalah demo-by-order. Alih-alih demo Jakarta, maraknya Jakmania berbeda, energy generator mereka adalah kegiatan olahraga.

Gue jadi berandai-andai. Apabila PERSIJA bersama Dinas Sosial PEMPROV DKI Jakarta bisa bekerja sama, membuat beberapa program untuk melakukan leverage dari energi Jakmania ini, maka gue yakin Jakarta akan menjadi lebih baik.

Gue berandai-andai. Apabila kesebelasan PERSIJA yang berjumlah 11 orang plus cadangan — asumsi misalkan 20 orang — didukung dana Dinas Sosial untuk menyewa 10 lapangan Futsal tiap akhir minggu. Masing-masing lapangan Futsal akan didatangi 2 pemain PERSIJA untuk berlatih bersama dengan Jakmania. Agar tidak campur aduk, tiap minggu hanya 10 kelurahan di Jakarta mendapatkan “jatah” latihan Futsal Jakmania-PERSIJA.

Gue berandai-andai. Apabila ini dijalankan selama 1 tahun, maka Jakmania yang tersebar di 520 kelurahan di Jakarta akan merasakan latihan bareng PERSIJA.

Gue berandai-andai, para Jakmania akan merasa diperhatikan oleh PEMPROV DKI Jakarta melalui PERSIJA.

Gue berandai-andai, para Jakmania akan berperilaku lebih baik buat Jakarta. Lebih tertib. Lebih santun. Lebih oranye!

Gue jadi inget sebuah peribahasa:
Siapa menebar benih, dia akan menuai padi…
Siapa menebar angin, dia akan menuai badai…

Kutancapkan Orangeku di Kota kembang

Friday, 01 January 2010
ImageSaat pertama kali menginjakkan kaki di bumi parahyangan, tepatnya Kota Bandung yang terlintas dalam benak pikiran adalah keluarga, pacar, teman dan tentu saja Persija Jakarta. Apa yang harus Saya lakukan di kota kembang ini kelak ketrika kejenuhan merasuki kehidupan kita. Memang suasana baru dan teman-teman baru akan menghiasi hidup kita kurang lebih empat tahun mendatang, itu pun kalo kita dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu, jika tidak tentu semakin lama kita berada di kota ini.

Sebagai mahasiswa baru tentu kita harus mengikuti ospek, memang setiap kampus memiliki gaya osepk yang berbeda-beda. Bahkan tiap jurusan dalam satu fakultas pun berbeda. Saya agak kaget ketika mendengar cerita teman Saya yang juga berasal dari Jakarta. Ia menceritakan bahwa, ia disuruh untuk menyanyikan sebuah lagu dengan lirik “ la la la The jak anjing, The Jak Anjing The Jak tai anjing”.Agak aneh memang mendengarnya, tetapi itulah fanatisme sepakbola di kota kembang, merasuk hingga ke kampus-kampus. Ketika saya berjalan menyurusi sekitar kampus banyak coretan di dinding yang bertuliskan “Fuck The Jak dan sebagainya”. Saya hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepala.

Awal-awal kuliah, saya lebih sering menonton Persija di balik layer kaca, namun seiring dengan berjalannya waktu bertemulah Saya dengan rekan seperjuangan Saya, sebut saja Reza namanya. Kami sering sekali bernyanyi bahkan bernyanyi bersama ketika Persija tampil di layar kaca. Uniknya walaupun di tempat kos kami ada beberapa anggota Viking, tetapi kami bisa saling menghormati. Hanya celaan yang bersifat becandaan saja yang sering terlintas diantara kami, selebihnya kami seperti saudara.

Di kampus mayoritas teman Saya, mengetahui bahwa Saya adalah The Jak Mania. Tidak jarang beberapa diantaranya mengolok-olok Saya, Persija dan Jak Mania tentunya. Namun hal itu tidak membuat saya merasa takut untuk tetap mendukung Saya. Malah dengan keadaan demikian banyak mahasiswa asal Jakarta yang ingin mendukung Persija bersama. Seperti kata pepatah “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit”, maka jumlah mahasiswa pecinta pun semakin banyak. Sejak saat itulah terbesit oleh kami untuk membentuk komunitas Jak Mania Bandung.

Sekilas memang konyol ide tersebut, tetapi itulah bentuk kecintaan kami terhadap Persija.

Untuk merealisasikan hal tersebut maka kami sepakat untuk membuat spanduk dan alhamduluillah spanduk Jak Mania Bandung berukuran 2 x 3 meter ini kahirnya bias terpampang di stadion lebak bulus. Kehadiran spanduk tersebut di layar kaca menimbulkan efek positif dan negative. Mau tau ? Efek negatifnya adalah kami sering mendapatkan terror baik lewat sms maupun dalam bentuk lainnya. Namun menurut saya yang paling menggelikan adalah terror dinding kelas. Ada coretan yang mengancam akan membunuh kami. Seperti ini tulisannya “Andi jurusan ilmu kesehatan masyarakat 2007, jangan harap ada The Jak di Bandung, Tunggu kematian kamu”. Sejak saat itu anggota kami terus bertambah. Mahasiswa asal Jakarta yang tadinya tidak peduli bahkan tidak tahu apa itu Persija dan Jak Mania, malah menaruh simpati pada kami dan kahirnya ada beberapa diantara mereka yang bergabung dengan kami.

Siapa bilang jakmania Bandung dihuni oleh orang Jakarta saja?, tetapi juga dihuni masyarakat asli Bandung. Sebut saja namanya Yanti. Yanti adalah seorang siswi kelas 2 di salah satu SMA di daerah cicaheum. Kamipun heran kenapan Yanti menyukai Persija. Bahkan perempuan ini juga pernah ikut tour ke Solo. Kami pun bertanya padadirinya, “ Kenapa Sih Yan, suka Persija, lo kan orang Bandung?” jawabannya simpel, “karena Persija tim bagus dan The Jak kreatif, karena nyanyi terus lagu yang dukung Persija”. Hanya perasaan haru yang terlintas di dalam pikiran kami saat itu, mengapa? karena tidak semua orang Jakarta merasa memiliki Persija, sedangkan seorang Yanti bisa menyukai Persija. aneh memang tapi itulah kehidupan, susah untuk diprediksi.

Kesedihan kami muncul disaat kami mengingat perkataan Yanti saat itu “ The Jak Kreatif karena nyanyi terus lagu yang dukung Persija ” Dalam hati kami saat ini, itu dulu. Sekarang sering kali The Jak menyanyikan lagu yang menghina tetangga sebelah. Terbesit dalam pikiran kami “Kapan ya kita nyanyi 2 x 45 menit secara full dengan menyanyikan lagu Persija?”

Ada cerita kocak lainnya selama kami mengibarkan bendera Jakmania dan Persija,. Peristiwa ituiterjadi ketika kami membuat kaos Jak Bandung pertama. ada awalnya kami berpikir, mungkin gak ya kita bikin baju di Bandung? secara The Jak dan Viking kan musuh. Setelah berembuk akhirnya kami membuat baju itu di Bandung. Kami tidak menyangka bahwa si pembuat kaos langsung meniyakan order kami. Bagian lucunya adalah ketika kami mengambil kaos itu, kami diikuti oleh beberapa orang berbaju biru. Alhamdulillah kami pun lolos dengan kehendak Allah.. Terima kasih y Allah. Mulus bagi kamu, tetapi tidak bagi si penjual kaos, kios milikinya di datangi oleh gerombolan berbaju biru yang memaksanya untuk memberikan informasi siapa yang membuat baju ini ? Namun karena si pembuat kaos professional, mereka pun merahasiakan siapa yang mengorder kaos jakmania bandung itu… heheheh terima kasih Bapak J

Dalam mejalankan roda komunitas ini kami mempunyai dua prinsip utama. Pertama, diam dan tidak menunjukkan identitas bukan suatu bentuk ketakutan. Kedua, identitas jak maia Bandung bukanlah sebuah prestise yang dapat dipamerkan, tetapi sebagai factor pemacu bagi rekan-rekan jakmania di daerah.-daerah luar Jakarta. Alhamdulillah sampai saat ini kami memgang teguh prinsip itu, kalaupun ada bagian kami yang melanggar itu hanya oknum.

Eksistensinya kami dalam mendukung Persija memang tidak seperti kalian yang setiap saat bisa datang ke Lebak Bulus atau Gelora Bung Karno ataupun mengikuti tour tandang keluar kota. Tentu saja ada beberapa factor yang menjadi alas an bagi kami seperti terbatas uang jajan, jadwal ujian dan kuliah yang padat serta hlangan dari pacar-pacar kami hehehehe Persija sampe pacaran (kidding). Namun Alhamdulillah selama niat dan usaha sejalan, maka goal akan tercapai. Alhamdulillah setiop Persija main di kandang selalu ada perwakilan yang datang, sedangkan untuk tour luar kota ada beberapa tour yang pernah kami ikuti seperti Putrwakarta, Solo, Malang.

Banyak yang bertanya pada kami, “ Sering gak sih lo dapet terror?” Jika mendapat terror sering, bahkan menjadi makanan kami sehari-hari Bahkan sudah ada tiga anggota kami yang menjadi korban pengroyokan oknum-oknum. namun itu tidak membuat kami mundur sejengkal pun dalam mendukung Persija. Namun dibal;ik terror tentu ada hal-hal yang menyenangkan juga untuk dikenang. Misalnya. :

Pertama, tidak semua teman kami yang menjadi anggota xxxxxx memusuhi kami, bahkan tidak jarang beberapa diantara kami bersahabat. Sebut saja Andi, Andi berteman dengan salah satu ketua xxxxxx distrik salah satu universitas negeri di Bandung. Di organiasi mereka memang musuh, tetapi di luar itu mereka adalah dua orang teman yang saling menghormati. Kedua sebut saja Rizal, sebentar lagi Rizal akan membuat film Romie and Juliet menjadi kenyataan dimana ia akan mempersunting gadis xxxxxx dan masih banyak kisah dan kenangan indah dan pahit lainnya yang tidak bisa dilukiskan melalui kata-kata. Tetapai hanya bisa dilukiskan lewat tangisan dan senyuman di hati ini.

Namun yang membuat kami miris bukan karena mendapaat terror, tetapi ketika mendengar saudara-saudara kami di Jakarta saling baku hantam. Lucu memang, ketika kami dan mungkin the jak lainnya yang ada di daerah rawan seperti di Utara, Karawang, Cikarang, Cikampek dan Purwakarta bersusah payah mengibarkan panji-panji orange, malah saudara kami di Jakarta saling baku hantam. Hanya penyesalan dan air mata kesedihan yang ada di dalam pikiran kami.Namun Apapun yang terjadi kami akan selalu setia untuk mendukung Persija Jakarta.

SEMANGAT KALIAN SEMUA DI JAKARTA ADALAH SEMANGAT KAMI, NYANIYAN KALIAN ADALAH NANYIAN KAMI, KEMENANGAN KALIAN ADALAH KEMENANGAN KAMI, KEKALAHAN KALIAN ADALAH KEKALAHAN KAMI, TETAPI KEMENANGAN KALIAN DALAM MENGHABISI SESAMA ORANGE ADALAH TANGIS BUAT KAMI

DIAM BUKAN BERARTI TAKUT, EKSIS BUKAN UNTUK KESOMBONGAN, KEBERANIAN DAN KEMATIAN HANYA MILIK TUHAN. PERSIJA UNTIL DIE

Jakmania Berbahasa Sunda

i bagian belakang kaos Oji tertulis,"Warga Jakarta Wajib Dukung Persija." Padahal anak 15 tahun ini tinggal jauh di luar wilayah ibu kota.

Oji, 15 naik kereta Rangkas-Kota yang biasa dijuluki "kereta langsam" dari stasiun Citeras, tempat tinggalnya. Tujuannya hanya satu, mendukung Persija Jakarta, kesebelasan kesayangannya. Jumat (19/02/2010). Tim "Macan Kemayoran" akan menghadapi tim Sriwijaya FC di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan dalam lanjutan ajang Djarum ISL.

Tentu saja Oji tidak sendiri. Ratusan remaja sebayanya tumplek memenuhi 7 gerbong kereta Rangkas-Kota. Mereka mudah dikenali dengan gaya khas ABG: merokok, rambut dengan punk-look dan terutama, segala atribut berwarna oranye. Atau paiing tidak dengan nuansa oranye.

Selain topi bertanduk dengan aksen oranye dan hitam, para Jakmania ini juga muncul dengan kaos berwarna dasar oranye atau hitam dengan segala macam grafiti. Bunyi tulisan bisa bermacam-macam dari puja-puji terhadap klub kesayangan mereka, "Persija Macan 1928, Kebanggaanku," atau "Persija Forever."

Namun bunyi grafiti di kaos para pendukung fanatik ini bisa juga bersifat provokatif seperti tulisan "Viking and Bonek" yang ditandai dengan tanda silang. Atau juga "Wanted! Kill the Vikings, everywhere, anytime, always." Mengerikan memang. Viking adalah kelompok pendukung tim Persib Bandung, sementara Bonek adalah kelompok pendukung tim Persebaya Surabaya.

Fenomena ini memang bukan hal yang aneh di sepakbola nasional. Tim-tim sepakbola dianggap sebagai representasi dari kelompok masyarakat yang merasa dekat atau memiliki mereka. Persib Bandung secara historis sudah dianggap sebagai representasi masyarakat Jawa Barat, bahkan di luar Bandung. Begitu pun Persebaya menjadi representasi masyarakat Jawa Timur di luar Surabaya.

Tetapi para Jakmania pendukung Persija dari wilayah pinggiran bahkan agak jauh dari Jakarta memang menjadi suatu fenomena unik. Apalagi mengingat di wilayah pinggiran jakarta tersebut terdapat juga tim-tim sepakbola seperti Persita maupun Persikota Tangerang yang memiliki kelompok pendukung sendiri. Dan para Jakmania dari Rangkas harus melalui beberapa wilayah seperti Tenjo, Parung Panjang, Tangerang, Serpong, Kebayoran Lama sebelum mencapai wilayah Senayan.

Secara kultural pun, para pendukung "KRL langsam" ini berbeda dengan para Jakmania dari pusat kota seperti dari Cikini, Cilincing, Taman Sari, Tebet dll. Mereka lebih fasih berbahasa Sunda antarmereka, ketimbang ber "lu-lu, gue-gue," meski mereka mengenakan kaos bertuliskan,"Gue Anak Jakarta."

Oji, yang mengenakan kaos, "Warga Jakarta Wajib Dukung persija," hanya tersenyum saat ditanya mengapa dia sebagai anak Citeras merasa wajib mendukung tim ibu kota tersebut. Jawaban justru datang dari kumpulan teman-temannya yang duduk menggelosor di lantai kereta,"Bapak kita kan orang Jakarta, Pak. Tiap hari bolak balik naik KRL karena cari duit di Jakarta..."


Disadur dari KOMPAS ONLINE. Url : http://olahraga.kompas.com/read/2010/02/19/16582922/Jakmania.Berbahasa.Sunda

Fenomena Jakmania (Supporter Persija) di Banten.

Membaca artikel “Jakmania Berbahasa Sunda” "KOMPAS ONLINE. Url : http://olahraga.kompas.com/read/2010/02/19/16582922/Jakmania.Berbahasa.Sunda", cukup bikin gue merinding, sebenarnya fenomena ini memang sudah ada cukup lama, hanya memang karena tidak ter-ekspose oleh media sehingga tidak banyak yang tahu.
Gue juga sangat terharu atas perjuangan mereka untuk dapat datang langsung dalam menyaksikan pertandingan PERSIJA di Jakarta. Gue sangat salut atas kenekatan mereka, memaksa datang ke Jakarta walau harus mendapat teror dari oknum suporter Persita dan persikota.

Tekad adalah tekad tidak bisa di ganggu gugat, walau bahaya mengancam keselamatan mereka.
Terkadang gue sempat berfikir mungkin saja ini hanya fenomena sesaat. Tapi makin kesini gue melihat mereka benar-benar serius untuk mendukung PERSIJA. Kedekatan emosi Jakarta dan Banten yang membuat mereka menjatuhkan dukungan kepada team kebanggaan Ibukota.
Tidak sedikit mobilisasi warga Banten untuk mencari nafkah di Ibukota, lalu lalang mereka menapaki Ibukota. Mengingat letak geografis yang begitu dekat antara Jakarta (Barat) dengan Serang Timur sampai ke Rangkas Bitung (Kabupaten Lebak Banten).

Kereta api menjadi alat transfomasi massa yang efisien untuk menjangkau kedua Provinsi yang berdekatan. Mendengar pengakuan mereka pada artikel tersebut yang berbunyi ”kenapa harus dukung Persija?, bukankah ada persita atau persikota?”cukup membuat gue merinding dengan jawaban mereka.
Mereka mengakui,mendukung Persija hanya karena Orang tua mereka dari Jakarta atau mencari nafkah di Jakarta. Di sini kita bisa mengerti kenapa mereka begitu loyal terhadap Persija, intinya adalah TANGGUNG JAWAB MORAL mereka. Kita harus acungi dua jempol untuk itu.

Gue punya cerita atau contoh kecil dari fenomena Jakmania Banten.
Begini, gue punya istri aseli orang Banten (Serang Timur), karena istri orang sana dan mau ngga mau gue harus rutin pulang tiap minggu satu kali. Karena gue cari makan di Jakarta dan memang kebetulan kelahiran Jakarta walau dari etnis Sunda,tapi pendukung setia PERSIJA JAKARTA. Karena seringnya gue pulang ke Banten memakai atribut Persija rupanya mencuri perhatian adik ipar gue.Sampai dia minta atribut berupa kaos dan syal Persija dari gue.
Dia bilang malu sama yang lain kalau pergi nonton ke Jakarta (pertandingan Persija ) nggak pernah pakai atribut, wew...gue sempat kaget kalo dia nggak tahunya sering berangkat ke Jakarta untuk menonton pertandingan Persija, walaupun tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Dari sini gue penasaran,menanyakan lebih dalam ke dia (adik ipar) gue. Mereka kalau berangkat bergerombol dari kampung ke kampung kumpul dan berangkat bareng.
Biasanya mereka berangkat melalui Stasiun Citeras ,benar seperti apa yg di tulis pada artikel tersebut, tapi adik ipar gue bersama gerombolannya itu berangkat dari Stasiun Maja yang letaknya tidak kurang dari 5 kilometer dari rumah, setelah itu mereka berkumpul di Parung dan gabung dengan Jakmania Parung yang notabene kebanyakan anggota resmi. Jakmania Banten (Serang Timur hingga RangkasBitung) kebanyakan adalah Jak yang tidak terkordinir alias liar.

Tapi lepas daripada itu, satu yang harus kita acungi jempol adalah tekad dan semangat mereka untuk mendukung Persija. Harusnya Jakmania Ibukota yang sering dan hobi berkelahi bisa berkaca pada mereka. Mereka pulang dan pergi harus menghadapi resiko berat sampai dengan kematian. Mengapa kalian ( Jak Ibukota) hanya membuang tenaga dan arogansi kalian hanya untuk sebuah kesombongan daerah dan tempat tertentu. Mohon di hentikan semuanya.

Kembali kepada statemen awal gue. Sekarang malah gue semakin bangga , kenapa? Kalau pulang ke Serang Timur, dari mulai Cikupa Tangerang, Tigaraksa, Cisoka hingga Balaraja tidak sedikit gue jumpai orang memakai atribut Persija. Dari yang muda sampai yang bocah.
Gema Jakmania begitu harum disana,jadi tolong jangan kotori tindakan bodoh kalian yang di Ibukota yang berimplikasi kurang baik buat Jakmania di luar Jakarta.

Jakmania itu besar karena keterbukaannya menerima segala macam berbedaan.
Tidak harus jadi orang Jakarta untuk dukung Persija dan tidak harus orang Betawi untuk jadi Jakmania.

“Tinggalkan ras,tinggalkan suku”
“Satu tekad dukung Persija”
“Dibawah bendera Jakmania”

Sabtu, 06 Februari 2010

Liga Spanyol Terkini

Minggu, 7/2/2010 | 06:36 WIB

MADRID, KOMPAS.com — Pengatur serangan Real Madrid, Ricardo Kaka, mengaku senang bisa mencetak satu gol yang mengantar timnya menang 3-0 atas Espanyol dalam duel Divisi Primera, Sabtu (6/2/2010). Pasalnya, itu mengakhiri paceklik golnya selama tiga bulan terakhir ini.

"Senang rasanya mencetak gol lagi. Aku kembali dari cedera dan tengah menemukan permainan terbaikku," kata mantan pemain terbaik dunia itu.

Melawan Espanyol, Kaka mencetak gol di menit ke-30 melalui tembakan kaki kanannya dari dalam kotak penalti. Terakhir kali pemain berdarah Brasil itu mencetak gol
adalah ketika Madrid mengalahkan Atletico Madrid pada November silam.

Selain Kaka, Gonzalo Higuain juga mencetak gol pada pertandingan melawan Espanyol. Higuain telah menghilang sebulan penuh akibat cedera. Begitu kembali, top skorer "El Real" musim lalu itu langsung membuktikan naluri tajamnya melalui golnya di akhir pertandingan. Ini adalah golnya yang ke-12 dalam 15 penampilannya di Divisi Primera

Ternyata, Nomor Unik Firman Merupakan Ide Istri

Jumat, 5/2/2010 | 18:42 WIB

JAKARTA, Kompas.com - Bukan rahasia lagi jika nomor punggung kebanggaan Firman Utina adalah 15, yang merupakan tanggal kelahirannya. Karena itu, gelandang timnas Indonesia tersebut tak pernah lepas dari nomor "keramatnya" tersebut. Dan, di Persija Jakarta Firman mengenakan nomor punggung unik, yaitu 8+7.

Jika dijumlahkan, nomor unik tersebut akan menghasilkan angka 15. Dengan demikian, di tim "Macan Kemayoran" Firman tetap bisa tampil dengan nomor kebanggaannya, meskipun nomor punggung 15 sudah melekat pada striker mungil Aliyuddin.

Ternyata, ide menggunakan nomor unik tersebut datang dari istrinya, Marita Yustika. Ketika Firman agak kebingungan karena bakal kehilangan nomor "keramat"nya itu setelah hengkang dari Pelita Jaya Karawang, Marita justru memberikan saran yang unik dan langsung ditanggapinya dengan penuh antusias.

"Ide ini datang dari istri, dan saya langsung memakainya," ungkap Firman yang ditemui Kompas.com di GOR Ragunan, Jumat (5/2/10), saat menjalani latihan perdana dengan Persija.

Mantan pemain Arema Malang ini mengaku sangat bangga mengenakan kostum Persija, apalagi tetap bisa memakai nomor "15". Firman juga berjanji untuk membawa tim kebanggaan ibukota ini menjadi juara Indonesia Super Liga (ISL) 2009/10.

"Persija adalah klub impianku sejak masih kecil. Karena itu, ketika ada tawaran untuk bergabung, saya menyambutkan dengan sangat bahagia karena akhirnya bisa memperkuat tim idola," tambah gelandang enerjik ini.

Sebagai pemain baru, Firman mengaku tak kesulitan untuk beradaptasi. Dia sangat menikmati suasana di tim besutan pelatih Benny Dollo ini, termasuk sambutan "The Jack"--julukan suporter Persija--yang sangat senang dengan kehadirannya.

Firman digaet dari Pelita Jaya setelah Persija membelinya dengan harga Rp 300 juta. Dia diharapkan sudah bisa memperkuat Persija saat melakoni laga tandang ke markas Bontang FC pada 10 Februari mendatang, yang merupakan pertandingan pertama putaran kedua ISL.

Persija mendapat kesempatan untuk memiliki Firman, karena pemain ini lebih banyak "menganggur" di Pelita Jaya, seperti yang diakui Direktur PT Nirwana Pelita Jaya, badan pengelola Pelita Jaya, Rahim Sukasah. Menurutnya, Firman sering dibangkucadangkan oleh pelatih Fandi Ahmad, sehingga Pelita Jaya merelakan salah satu pemain bintangnya ini hengkang.

Selasa, 02 Februari 2010

Indonesia 1986-87, Saat Merah Putih Berkibar

umat, 11/12/2009 | 08:11 WIB


"Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku.... Indonesia raya merdeka-merdeka, hiduplah Indonesia raya…."

JUTAAN anak bangsa tak kuasa menahan haru mendengar lagu kebangsaan "Indonesia Raya" berkumandang di langit biru. Rasa bangga tak terkira, karena hanya para juaralah yang berhak menyanyikan lagu kebangsaannya di arena pertarungan antarbangsa. Dan, timnas Indonesia berhak menyanyikan lagu sakral tersebut sebagai imbalan mengangkangi medali emas SEA Games 1987. Untuk pertama kalinya pula, sepak bola Indonesia mampu mengibarkan bendera Merah Putih di kejuaraan antarbangsa.

Saat itu, langit bulan September betul-betul terasa biru bagi rakyat Indonesia. Lewat gol tunggal Ribut Waidi di menit ke-91 ke gawang Malaysia di partai final, untuk pertama kalinya Indonesia bisa merengkuh medali emas sepak bola di ajang SEA Games.

Ini merupakan trofi antarbangsa pertama yang pernah direbut timnas Indonesia. Dominasi Thailand dipatahkan. Kekuatan Malaysia dibenamkan. Sungguh prestasi yang heroik. “Pendahulu-pendahulu kami juga tak kalah hebatnya, tapi mereka tidak pernah berhasil mempersembahkan gelar juara. Wajar jika kami sangat bangga atas prestasi ini,” ujar Patar Tambunan, gelandang kanan yang ikut berandil mempersembahkan medali emas SEA Games 1987, Selasa (21/12).

Tidak hanya Patar Tambunan yang patut berbangga hati. Semua pecinta bola Indonesia pastilah ikut bangga. Melihat prestasi timnas Indonesia kala itu, semua warga yang punya KTP Indonesia bisa sedikit mendongakkan kepala. Indonesia bukan lagi tim macan kertas. Indonesia adalah yang terkuat, setidaknya di Asia Tenggara.

“Malah kami juga terhitung 4 besar di Asia,” ucap striker legendaris Indonesia, Ricky Yakobi, Selasa (21/12). Statement Ricky bukan sekadar bualan. Satu tahun sebelumnya, tim perebut medali emas SEA Games 1987 ini berhasil menapaki babak semifinal Asian Games 1986. Ini adalah prestasi tertinggi dalam lembaran sejarah sepak bola nusantara. Yang hingga saat ini, Indonesia belum bisa mengulanginya.

BERSATU LUAR DALAM
Tak dapat disangkal, timnas Indonesia 1986-87 merupakan timnas terhebat yang pernah dimiliki Indonesia—jika ukurannya trofi antarbangsa. Saat itu Indonesia punya pemain besar semacam Herry Kiswanto, Rully Nere, Robby Darwis, dan Ricky Yakobi. Talenta hebat yang kemudian berpadu dengan pelatih tak kalah hebat, mendiang Bertje Matulapelwa.

“Bertje adalah pelatih hebat. Prinsip open management yang diterapkannya mampu menciptakan iklim tim yang kondusif,” kenang asisten pelatih Bertje kala itu, Sutan Harhara, Selasa (21/12).

Prestasi Indonesia kala itu memang tak bisa dilepaskan dari sosok pelatih yang dijuluki "Sang Pendeta" tersebut. Dia bisa menyatukan pemain dari unsur yang berbeda, Galatama dan Perserikatan. Patut dicatat, saat itu beredar rumor bahwa pemain alumni Galatama tidak begitu akur dengan alumni Perserikatan.

Embrio generasi emas itu terbentuk, pada akhir 1985. Setelah proyek timnas Garuda 1 selesai, PSSI memberikan mandat kepada Bertje guna membentuk tim baru. Mandat yang berat, pasalnya mental Indonesia sedang terpuruk setelah dibantai Thailand 0-7 di SEA Games 1985.

Bertje mencoba membangkitkannya. Dengan lugas dia mengumpulkan talenta berbakat dari Galatama (seperti Ricky Yakobi dan Nasrul Koto), Perserikatan (Robby Darwis, Ribut Waidi, dll) dan sejumlah alumni Garuda 1 (semacam Patar Tambunan dan Marzuki Nyak Mad).

Proses pembentukan tim yang padu, ujar Sutan Harhara, ternyata gampang-gampang susah. Saat tim sudah lumayan padu, pada medio 1986 iklim tim hampir rusak karena masalah duit. Uang saku dari PSSI kepada pemain dinilai terlalu minim.

Bayangkan saja, hadiah dari KONI untuk medali emas hanya Rp 1 juta per pemain. Sedangkan uang saku per bulannya selama pelatnas tak kalah mepet, kurang dari Rp 750.000/bulan. Herry Kiswanto berkisah, dia bersama semua anggota tim pernah meminta kenaikan uang saku.

Sayang, tuntutan tersebut tak digubris. Patah semangat? Untungnya tidak. Panggilan membela negara, ujar Herry Kiswanto, jauh lebih penting. Berkat suntikan semangat dari Bertje, para pemain Indonesia membuang jauh-jauh nafsu mengumpulkan duit. Yang tertanam hanya satu kalimat, kibarkan Sang Merah Putih di langit internasional. Tim Merah Putih di tangan Bertje, sebulan sebelum Asian Games digelar, sempat melakukan uji coba lebih dari sebulan di Brasil. Formasi baru 4-3-3 yang memasang Ricky Yakobi sebagai striker tunggal ternyata lumayan paten. Hasilnya terbaca pada Asian Games 1986. Indonesia lolos ke semifinal. Sayang untuk kemudian kandas di tangan Korea Selatan.

Seusai Asian Games, Bertje melakukan perubahan besar. Ban kapten dipindahkan dari lengan Herry Kiswanto ke Ricky Yakobi. Padahal, umur Ricky kala itu baru 23. “Bertje ingin melakukan regenerasi. Dan, aku merasa sudah saatnya dilakukan,” ujar Herry.


Regenerasi itu berlangsung cemerlang. Indonesia benar-benar terbang tinggi di SEA Games 1987 Jakarta. Di hadapan pendukung setia, Indonesia tampil trengginas. Seusai membabat Burma 4-1 di semifinal, Indonesia menjinakkan Malaysia 1-0 di partai puncak.


Indonesia juara. Merah Putih pun berkibar di langit Asia Tenggara. (yoyok/SOCCER)

Fakta timnas Indonesia 1986-87
Pelatih: Bertje Matulapelwa
Skuad: Ponirin Meka, Jaya Hartono, Robby Darwis, Herry Kiswanto, Marzuki Nyak Mad, Sutrisno, Budi Wahyono, Patar Tambunan, Nasrul Koto, Rully Nere, Azhary Rangkuti, Ricky Yakobi, Ribut Waidi.
Prestasi: Semifinal Asian Games 1985, Juara SEA Games 1987

Raihan Timnas PSSI di level SEA Games
Indonesia baru resmi ikut ajang SEA Games pada 1977. Selama kurun itu hingga saat ini, Indonesia hanya sempat 2 kali terbang tinggi. Pertama pada SEA Games 1987. Kedua pada 1991. Setelah itu prestasi Tim Merah Putih cenderung melorot.

1977 - Semifinal
1979 - Peringkat ke-2
1981 - Peringkat ke-3
1983 - Penyisihan grup
1985 - Semifinal
1987 - Juara
1989 - Peringkat ke-3
1991 - Juara
1993 - Semifinal
1995 - Penyisihan grup
1997 - Peringkat ke-2
1999 - Peringkat ke-3
2001 - Semifinal
2003 - Penyisihan grup
2005 – Semiifinal
2007 – Penyisihan gup
2009 – Penyisihan grup
Search